Kamar
ini, foto-foto ini, jaket dan lampion ini. Kurasakan hawa dan nuansanya masih
tetap sama. Tak ada perubahan sedikitpun meski ruangan ini telah lama tak
ditempati. Meski Kau telah tiada, tak ada yang berani mengubah tata letak
barang-barang yang ada dikamar ini. Walaupun terkadang Mamah Vera dan Papah
Rudi berusaha untuk melarangku memasuki kamar ini. Tetapi aku tetap bersikukuh
untuk meluangkan waktu bersantai dikamar ini. Kenanganku bersamamu yang hingga
saat ini belum bisa aku lupakan. Meski banyak teman pria yang berada
disekitarku turut menghias hatiku. Terkadang aku belum bisa sepenuhnya memberikan
hatiku seperti yang pernah aku lakukan padamu, Rubby.
Muhammad
Rubby Fernanda atau yang sering dipanggil Rubby kini telah tiada. Kepergiannya
dua tahun lalu sangat mengguncangku. Membuatku hampir gila dan hilang kendali
dalam semua hal. Perpisahan kami di tangan Tuhan, memanglah menjadi pukulan
hebat bagi semua yang mengenalnya. Sosoknya yang baik, bijaksana, dan sholeh
tak mudah begitu saja kami lupakan. Terlebih lagi anggota LD yang sangat dekat
dengannya.
Komitmen
untuk menjadi sahabat sejati selamanya telah kami langgar bersama. Entah apakah
ini azab yang harus kami terima karena melanggar larangan itu. Cinta yang
menggebu di antara kami berdua sangatlah kuat. Sehingga kami pun sepakat untuk
melangkahkan kaki menuju langkah yang lebih serius. Enam tahun kebersamaan kami
sebagai sahabat, aku rasa cukup untuk saling belajar memahami satu sama lain.
Pertemuanku
yang tak sengaja dengannya awalnya terkesan biasa saja. Lulus dari bangku
sekolah dasar telah membuka mataku untuk mencari teman-teman baru. Setelah
beberapa bulan menjalani masa-masa dibangku Madrasah, salah seorang temanku
mengenalkan aku padanya. Wajahnya yang tampan dan manis pun menjadi sorotan
orang-orang yang ada di sekitarku. Rambutnya yang lurus dan terlihat lembut pun
menjadi daya tarik tersendiri baginya. Anaknya sangat murah senyum dan
perhatian kepada seluruh kaum hawa.
~~
Terbentuknya LD
Sebelum aku
mengenalnya lebih jauh, aku dan beberapa orang temanku yang hobby ngongkrong
bareng pun berpendapat ingin memberi nama pada perkumpulan kita ini. Beberapa
usul telah terlontar dari beberapa mulut. Nama demi nama telah masuk kategori
dan kami sibuk mencari arti yang tepat. Hingga akhirnya pilihan pun jatuh pada
usulku yang ingin memberi nama perkulmpulan itu dengan nama LD (Laskar
Dumbledor). Kebetulan kami semua penggemar berat Harry Potter. LD terbentuk
kurang lebih sembilan tahun yang lalu. Dan aku pun di tunjuk oleh teman- teman
untuk menjadi ketua perkumpulan para bocah ini. Sebenarnya tak kuinginkan
adanya ketua dalam hal ini, karena niatnya adalah hanya ingin berkumpul
bersama-sama dengan gembira.
Bulan demi bulan
telah berlalu, hingga kami lebih sering berkumpul dan akrab. Terlabih aku dan
Chandra yang memang sebenarnya telah saling menyukai. Akan tetapi kami
sama-sama malu untuk mengakuinya. Hingga pada akhirnya di pertengah tahun
ajaran kelas dua madrasah, dia memberanikan diri untuk menyatakan cintanya
padaku. Aku pun menerimanya. Hubungan kita berjalan manis bahkan amat sangat
manis. Kedua orang tuanya langsung menyukaiku saat Chandra mengajakku
kerumahnya. Begitupun orang tuaku. Rasanya senang sekali apabila menjalani
hubungan dengan adanya restu kedua orang tua kami. Waktu semakin cepat berlalu,
hingga mengantarkan kami di penghujung putih biru.
Kepergian
Chandra ~~
Aku dan Chandra
selalu saja berada di sekolah yang terpisah. Saat aku telah lulus dari
madrasah, aku melanjutkan ke kesekolah kejuruan sedangkan dia melanjutkan ke
sekolah umum. Langkah kami di LD pun menjadi menjadi sorotan para anggota
lainnya. Hingga akhirnya Enggar dan Cindy pun ikut menjalin kasih. Tak hanya
itu, Roy dan Gendis, Ketut dan Nolan pun juga ikut mewarnai adanya cinta lokasi
di dalam perkumpulan.
Hingga waktu yang
kutakutkan terjadi, di situlah awal dari berubahnya kisah kita yang selama ini
terjalin. Chandra di utus papanya untuk meneruskan usaha hotelnya di Surabaya. Chandra pun menuruti permintaan Papanya yang
saat itu mulai sakit-sakitan karena penyakit jantung yang dideritanya sering
kambuh. Dengan berat hati aku harus merelakan Chandra pindah sekolah ke
Surabaya. Setitik butiran bening itu mengalir dari ujung matanya saat aku
mengantarnya ke bandara. Janji yang Ia ucapkan cukup meyakinkan aku saat itu.
Chandra
: “ Aku akan kembali lagi ke kota ini, menjemputmu dan kemudian melanjutkan
kisah kita. Sayangku padamu dan rinduku padamu akan selalu kupendam hingga
akhirnya nanti kita bertemu dan menumpahkan semua kerinduan kita pada pelukan
hangatmu.
Tangannya sedikit demi sedikit semakin menjauh dari tanganku. Terlepas gengggaman ini dan kulihat Chandra menesteskan air matanya. Lambaian tangannya mengisyaratkan kesedihan mendalam. Kusembunyikan kesedihan ini dihadapan teman-teman LD yang ikut menemani kepergian Chandra. Kubalikkan badan dan menatap mereka yang ikut bersedih. Kurangkul Batak dan kembali menuju mobil. Duduk dan bersandar di antara Batak dan Rubby. Kurasakan tangan Rubby menggenggam erat tanganku, kurebahkan kepalaku di bahunya. Dinginnya tanganku kini menjadi hangat karena sentuhan tangan Rubby. Kupejamkan mataku dan akhirnya kutertidur karena lelah.
Keesokan harinya
aku jalani semuanya sendiri. Tak ada Chandra yang selalu mengantarkan aku ke
sekolah. Kucoba menghubunginya tetapi handphonenya tak aktif. Kucoba berkunjung
kerumahnya untuk menemui Tante Mega, tetapi hanya rumah kosong yang terlihat.
Rumahnya tertutup rapat dengan gembok besar mengunci pagar. Sempat syok akan
hal itu dan aku hanya bisa menangis. Dua tahun kisah kami yang terjalin harus
berakhir dengan kesedihan seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar kalian jika memang kalian ingin berkomentar. Asalkan komentar kalian tidak menggunakan kata-kata negatif ^_^